Anda yang Ingin Sukses Negosiasi dengan Pemilik Tanah Wajib
Membaca Ini
Kemampuan negosiasi amat penting Anda miliki terutama bagi
Anda yang tidak memiliki uang untuk membeli tanah secara kontan.
Inti dari negosiasi atau hasil akhir yang diharapkan adalah
bersedianya pemilik lahan menjual tanahnya kepada Anda tanpa pembayaran secara
tunai tanahnya.
Jadi ketika kesepakatan jual beli tercapai, Anda hanya
diwajibkan membayar uang muka saja atau sekedar uang tanda jadi kepada pemilik
tanah.
Berikut beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika akan
memulai negosiasi dengan pemilik lahan:
Pintar ‘Menjual Diri’ Kepada Lawan Negosiasi
Menjual diri yang saya maksudkan disini adalah dalam artian
positif, yaitu bagaimana memberikan kesan bahwa Anda adalah orang yang memiliki
kapabilitas sebagai developer properti sehingga pemilik lahan percaya bahwa
Anda sanggup untuk menjalankan proyek.
Jadi bukan dalam artian menjual diri yang sebenarnya ya.
Hehehe.
Akan lebih baik lagi jika menjual diri ini Anda lakukan pada
saat awal perkenalan, sehingga pada awal pertemuan tersebut sudah terbentuk
opini dari pemilik lahan bahwa Anda adalah orang yang tepat untuk menjadi rekan
bisnis mereka.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk ‘menjual diri’,
diantaranya dengan memberikan kartu nama, menyesuaikan penampilan, dan
lain-lain.
Ketika Awal Bertemu Jangan Lupa Berikan Kartu Nama Anda
Masih banyak pebisnis yang tidak memberikan perhatian serius
terhadap kartu namanya. Saya sering menerima kartu nama yang dibuat seadanya,
terkesan asal jadi dan asal punya kartu nama.
Padahal kartu nama memiliki fungsi yang sangat signifikan
terhadap pembentukan opini orang lain terhadap Anda di awal ketemu.
Kartu nama yang didesain bagus dan elegan memberikan kesan
pertama yang ‘menggoda’ terhadap Anda, sebaliknya kartu nama yang seadanya juga
memberikan kesan biasa-biasa saja terhadap Anda.
Sehingga saat ia menerima kartu nama Anda pertama kali dan
itu pulalah ia melihat kartu nama Anda untuk terakhir kali, karena tidak ada
yang menarik dan menonjol dari kartu nama Anda.
Seberapa pentingkah kartu nama? Memang kartu nama tidak
mutlak menyebabkan Anda mendapatkan deal bisnis, tetapi kartu nama seakan
menceritakan siapa Anda.
Karena dalam kartu nama sekurangnya musti ada keterangan
yang menyebutkan keahlian Anda, sesuatu yang membuat orang tergerak untuk
mengetahui Anda lebih jauh.
Bisa dianalogikan, jika Anda menjual perumahan tentu saja
Anda menggunakan marketing tools untuk mendeskripsikan apa yang Anda jual.
Jamak dilakukan pendeskripsian tersebut menggunakan brosur
karena sifatnya yang praktis dan memberikan efek visual terhadap produk yang
dipasarkan.
Dalam brosur itu digambarkan secantik mungkin produk Anda
dengan efek teknologi terkini jika perlu, view-view 3D-nya menggunakan
rendering kualitas mutakhir, dengan tujuan menarik minat calon konsumen.
Nah, seperti layaknya fungsi brosur untuk perumahan, maka
kartu nama berfungsi sama terhadap kompetensi Anda.
Karena alasan itulah sedapat mungkin Anda memberikan
gambaran yang bisa menjual diri Anda dalam kartu nama.
Ippho Santosa, seorang motivator dan pakar marketing otak
kanan bahkan lebih ekstrim lagi dalam menganjurkan Anda menggunakan kartu nama,
ia menyarankan agar Anda menambahkan gelar yang Anda buat sendiri dalam kartu
nama. Kalau mau dipraktekkan, monggo. Hehehe.
Pakailah Pakaian yang Pantas
Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya materialistis telah
merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat global sehingga segelintir
orang akan menilai Anda dari penampilan Anda, apa yang Anda pakai.
Semakin bagus pakaian yang Anda pakai maka makin tinggilah
apresiasi orang lain terhadap Anda.
Untuk mengantisipasi ini ada prinsip yang bisa Anda gunakan
dalam hal berpakaian yaitu ketika Anda membeli pakaian belilah lebih sedikit
dengan harga yang lebih mahal.
Hilangkan kebiasaan lama yaitu membeli sebanyak mungkin
dengan harga yang semurah mungkin.
Jika kartu nama bisa menggambarkan kemampuan personal Anda
di ranah bisnis, maka pakaian menunjukkan strata sosial Anda (baca: kemampuan
finansial).
Jika Anda akan membicarakan bisnis di hotel berbintang maka
pakaian Anda harus disesuaikan dengan lokasi dan calon teman bisnis Anda.
Coba Anda bayangkan kalau Anda menemui orang yang mengaku
punya bisnis di beberapa daerah, punya proyek di enam propinsi dan mengaku
kemampuan finansialnya (bankable-nya) dinilai bank sampai milyaran rupiah, tapi
sol sepatunya tipis sebelah.
Bukan kita meremehkan orang seperti ini tapi mbokya
dipantaskan omongan dengan penampilan.
Memang sangat disayangkan pandangan seperti ini, terkesan
kejam dan subjektif, tetapi inilah realitasnya mau tidak mau Anda harus
menghadapinya.
Hilangkan Bau Badan Anda
Setali tiga uang dengan kartu nama dan pakaian, bau badan
juga harus Anda perhatikan ketika Anda menemui kolega bisnis.
Mereka tidak akan nyaman jika pembicaraan terganggu oleh bau
badan Anda yang menusuk.
Jika Anda terpaksa menggunakan sepeda motor—atau hanya punya
sepeda motor—untuk menemui mereka, siasati hal ini dengan datang lebih awal di
lokasi pertemuan sehingga Anda punya waktu untuk mendinginkan badan,
menggunakan lagi parfum—kalau perlu—atau memberi jelly pada rambut Anda yang
acak-acakan sehabis menggunakan helm, sehingga Anda tampak rapi dan wangi.
Karena pada prinsipnya orang miskin tidak dilarang berbisnis
tho? Hehehe. Satu lagi, jangan kenakan jaket yang Anda pakai waktu mengendarai
sepeda motor, letakkan di motor atau titipkan di tempat penitipan.
Jangan Menawar Harga pada Pandangan Pertama
Ini seperti hukum tidak resmi dalam negosiasi properti,
yaitu jangan menawar harga pada pandangan pertama. Menawar harga pada pertemuan
pertama biasanya akan ditolak oleh pemilik lahan.
Kenapa? Karena mereka
belum mengenal Anda!. Sehingga mereka akan bersikap resistance terhadap Anda
karena mereka beranggapan bahwa Anda hanya akan mengambil keuntungan dari
mereka.
Oleh karena itu amatlah penting membuat pemilik lahan merasa
nyaman terlebih dahulu dengan Anda.
Jika mereka sudah nyaman dan percaya kepada Anda selanjutnya
mungkin mereka malah menganggap kehadiran Anda sebagai orang yang akan membantu
mereka.
Dengan saling mengenal dan berbicara satu sama lain apalagi
sudah bicara kesana kemari ngalor ngidul maka mereka akan merasa akrab dan
sikap tertutupnya perlahan akan mulai terbuka.
Simpati dan empati yang Anda tunjukkan selama pembicaraan
turut mempengaruhi tanggapan mereka terhadap penawaran yang Anda ajukan.
Jadi, pertemuan pertama hanya Anda gunakan untuk
bersilaturrahmi dan saling mengenal terlebih dahulu.
Nah, setelah selesai pertemuan pertama, janjikan pertemuan
selanjutnya dengan alasan Anda akan menganalisa harga tanah yang diminta oleh
pemilik lahan terlebih dahulu.
Satu lagi tipsnya, hindari mengatakan harga tanah yang
diminta kemahalan, tidak masuk akal, tanahnya jelek, karena itu akan
menyinggung perasaan mereka.
Kenali Lawan Negosiasi
Pada strategi sebelumnya; tidak mengajukan penawaran pada
pertemuan pertama, maka penawaran Anda ajukan pada pertemuan kedua atau
setelahnya.
Dengan demikian Anda memiliki waktu untuk mengenal lebih
jauh tentang lawan negosiasi Anda. Kenali kebiasaanya, kenali kesukaannya
kemudian lakukan sesuatu atau tawarkan sesuatu yang sesuai dengan kesukaannya.
Cari tahu kebutuhannya saat itu, karena tentu saja dia
menjual tanahnya karena suatu kebutuhan. Tetapi mungkin saja kebutuhannya tidak
sebesar harga tanahnya. Itulah peluang Anda.
Selain itu, dalam proses negosiasi jangan pernah mendebat
mereka, karena debat-mendebat itu tidak penting, tujuan Andalah yang penting
yaitu mendapatkan deal tentang pembayaran tanah yang tidak dibayar tunai di
depan. Itulah goal Anda.
Tidak Menceritakan Diri Sendiri Secara Terus Menerus
Selanjutnya, dalam bernegosiasi hindari menceritakan diri
Anda secara berlebihan apalagi membangga-banggakan diri. Sebaliknya, Anda
sebaiknya membicarakan sebanyak mungkin tentang pemilik lahan.
Karena hal yang menarik bagi mereka adalah diri mereka sendiri.
Mereka tidak peduli dengan kehebatan-kehebatan Anda.
Ya, pahami juga sedikit tentang psikologis lawan bicara,
pelajari tentang bagaimana membuat nyaman lawan bicara Anda.
Ciptakan Situasi Kondusif untuk Bernegosiasi
Untuk bernegosiasi dengan pemilik lahan Anda harus
menciptakan kondisi yang kondusif untuk memulai negosiasi. Kondisi kondusif
bisa diciptakan dengan memilih waktu yang tepat.
Jika pemilik lahan sudah agak tua dan kerjaannya lebih
banyak ibadah di masjid, maka temui mereka setelah sholat Isya agar waktu untuk
negosiasi lebih leluasa dan tidak terpotong ketika negosiasi masih berjalan.
Bandingkan dengan waktu-waktu lain seperti sehabis sholat
Maghrib karena sehabis sholat Maghrib hanya tersedia waktu pendek sampai sholat
Isya.
Negosiasi akan terganggu ketika sudah mencapai ujung atau
hanya tinggal menentukan keputusan akhir, eh tiba-tiba ada adzan sholat Isya.
Jika negosiasi terpotong maka itu akan menggangu alur
berfikirnya. Sehingga sangat mungkin setelah sholat Isya keputusannya berubah.
Jika negoasiasi dilakukan di kantor, pastikan tersedia waktu
lebih kurang 2 jam untuk negoasiasi.
Contohnya jika ingin bertemu pagi hari maka ambil waktu
sekitar jam 10.00 dan kalau siang sebaiknya ambil waktu jam 1 atau jam 2
demikian juga kalau sore pilih waktu sekitar jam 4.00 sehingga tersedia waktu
yang cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar